Perilaku Anak Hiperaktif atau ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah gangguan perkembangan dalam peningkatan aktivitas motorik anak-anak hingga menyebabkan aktivitas anak-anak yang tidak lazim dan cenderung berlebihan. Hal ini ditandai dengan berbagai keluhan perasaan gelisah, tidak bisa diam, tidak bisa duduk dengan tenang, dan selalu meninggalkan keadaan yang tetap seperti sedang duduk, atau sedang berdiri. Beberapa kriteria yang lain sering digunakan adalah suka meletup-letup, aktivitas berlebihan, dan suka membuat keributan.
Angka kejadian ADHD di seluruh dunia diperkirakan mencapai hingga lebih dari 5 %. Dilaporkan lebih banyak terdapat pada laki-laki dibandingkan dengan wanita. Di Amerika Serikat, penelitian menunjukkan kejadian ADHD mencapai 7%.
Penyebab, Gejala dan Cara Mengatasi Anak Hiperaktif
Penyebab anak hiperaktif
Ada beberapa faktor yang bisa menjadi penyebab anak hiperaktif, diantaranya faktor biologis dan genetis (seperti riwayat keracunan kehamilan, fetal distress, ibu hamil yang terpapar rokok, merokok atau mengkonsumsi minuman beralkohol, janin kekurangan oksigen dan asupan seng, cedera otak, pendarahan sebelum melahirkan, cedera saat lahir, dan riwayat bayi dengan berat lahir sangat rendah atau prematur), faktor makanan (seperti kekurangan asam lemak omega-3, serta kebiasaan mengkonsumsi makanan yang mengandung bahan pemanis dan pengawet).
Faktor yang terakhir adalah faktor lingkungan dan psikososial (seperti memiliki riwayat terkena zat racun, terpapar tembakau, konflik keluarga, kondisi sosial ekonomi keluarga yang tidak memadai, orang tua tersangkut masalah kriminal, cara mengasuh atau mendidik anak dengan kasar, rasa kehilangan yang teramat dalam di awal masa anak-anak, hubungan keluarga yang tidak harmonis, jumlah anggota keluarga yang terlalu besar, orang tua memiliki gangguan jiwa, dan anak diasuh di tempat penitipan anak.
Gejala anak hiperaktif
Gejala anak hiperaktif meliputi gangguan pemusatan perhatian (jenis gangguan ini misalnya anak tampak sering melamun, tidak dapat berkonsentrasi dalam waktu yang lama, lambat dalam mengerjakan tugas sekolah, pikirannya kacau, sering lupa, barang-barang miliknya sering hilang atau tertinggal, jarang menyelesaikan perintah hingga tuntas, harus selalu ditunggui ketika belajar, belum dapat menyelesaikan tugas sendiri, sering merasa bingung, dan perhatiannya mudah teralihkan), perilaku impulsif (seperti sering mengambil jalan pintas dalam menyelesaikan tugas, sering berbuat usil, suka menyela pembicaraan orang lain, perilakunya kurang terkendali, tidak sabar, sering menjawab pertanyaan secara terburu-buru walaupun pertanyaannya belum selesai ditanyakan, dan berbicara atau bertindak tanpa memikirkan akibatnya), serta hiperaktivitas (aktivitas motorik dan vokal yang sangat berlebihan, seperti banyak bicara, tidak mengenal lelah, sulit dikendalikan ketika berada di mall atau tempat belanja, tidak dapat diam atau tenang, tangan dan kaki selalu bergerak, kadang-kadang tampak gelisah dan gaduh).

Selain itu, anak hiperaktif juga sering melanggar atau menentang peraturan, mudah tersinggung, cemas, mudah terganggu, mudah marah, sensitif terhadap kritikan, kadang terlihat pemalu, hanya sedikit memiliki teman, dan buruk dalam bersosialisasi.
Cara mengatasi anak hiperaktif
Ada sejumlah cara mengatasi anak hiperaktif, misalnya dengan melakukan diet dengan nutrisi seimbang, menu makanan empat sehat lima sempurna, rajin berolahraga, rutin beribadah. Diet yang direkomendasikan adalah diet oligoantigenic (menghindari makanan yang dapat menyebabkan alergi seperti susu dan makanan olahannya, gandum, ragi, tepung terigu, telur, jeruk, jagung, dan kedelai.
Jangan memberikan obat kepada anak hiperaktif, sebaiknya terapi diberikan oleh dokter, terutama spesialis anak dan psikiater anak.
Cara mencegah anak menjadi hiperaktif
Ada beberapa cara mencegah anak menjadi hiperaktif, diantaranya dengan membatasi jam melihat televisi maksimal 3 jam perhari dan lebih banyak menggunakan waktu untuk belajar, menulis, membaca, menambah pengalaman positif maupun diskusi. Bahkan sebisa mungkin hindarkan anak untuk menonton televisi jika usianya kurang dari 2 tahun.
Orang tua juga sebaiknya tidak merokok, tidak memakai obat-obatan terlarang, dan minuman beralkohol. Untuk ibu yang sedang hamil, sebaiknya melakukan kontrol secara teratur, menjaga asupan gizi yang seimbang dan rajin berolahraga.
Dan cara yang terakhir, hindarkan bayi atau anak dari segala macam makanan dan minuman yang mengandung zat pewarna, pemanis, dan pengawet.
Semoga informasinya berguna buat Sobat Burangir
Leave a Reply